PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERORIENTASI HOTS KELAS X TKRO SMK NEGERI 1 PETARUKAN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Pembelajaran mata pelajaran matematika di SMK jurusan TKRO sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berorientasi HOTS. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.
Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS). Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria. Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyediakan dalam bentuk hierarki. Melalui gagasannya, Bloom menyediakan rujukan yang dapat digunakan oleh guru matematika untuk memformulasikan tujuan – tujuan pembelajaran, memilih metode mengajar dan pendesaianan tes serta aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dengan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa peserta didik bosan mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan menggunakan metode ceramah selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian peserta didik mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis, dan hanya menyalin dari buku teks.
Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model Problem Based Learning yang menuntun peserta didik untuk mengamati (membaca) permasalahan, menuliskan penyelesaian dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas, model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam Problem Based Learning siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari- hari (kontekstual). Dengan kata lain, Problem Based Learning membelajarkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Setelah melaksanakan pembelajaran menerapkan konsep bilangan berpangkat, bentuk akar dan logaritma dalam menyelesaikan masalah dengan model Problem Based Learning, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model Problem Based Learning ini diterapkan pada kelas X TKRO yang lain ternyata proses dan hasil belalajar siswa sama baiknya. Praktik pembelajaran yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model Problem Based Learning.
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik baik ini adalah kegiatan pembelajaran mata pelajaran Matematika dikelas X TKRO pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS) pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas X TKRO semester ganjil di SMK Negeri 1 Petarukan sebanyak 35 siswa.
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi kelas X TKRO untuk mata pelajaran matematika pada Kompetensi Dasar sebagai berikut:
Kompetensi Dasar (KD) | Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) |
3.3 Menentukan nilai variabel pada sistem persamaan linear dua variabel dalam masalah kontekstual | |
4.3 Menyajikan penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua variabel | 4.3.1 Menyelesaikan masalah kontekstual sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi substitusi 4.3.2 Menyelesaikan masalah kontekstual sistem persamaan linear dua variabel dengan metode determinan |
Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem BASED Learning. Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis.
Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menerapkan konsep sistem persamaan linear dua variabel dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas X TKRO, penulis memilih model Pembelajaran Problem Based Learning
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi Dasar sebagai berikut:
Kompetensi Dasar (KD) | Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) |
3.3 Menentukan nilai variabel pada sistem persamaan linear dua variabel dalam masalah kontekstual | Menyusun konsep sistem persamaan linear dua variabelMenemukan syarat sistem persamaan linear dua variabel |
4.3 Menyajikan penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua variabel | 4.3.1 Menyelesaikan masalah kontekstual sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi substitusi 4.3.2 Menyelesaikan masalah kontekstual sistem persamaan linear dua variabel dengan metode determinan |
Model pembelajaran yang dipilih adalah Pembelajaran Problem Based Learning.
Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model Problem BASED Learning.
Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah | Sepulang sekolah Dea mampir ke suatu toko snack. Dea membeli 3 permen dan 1 donat kemudian ia membayar dengan 1 lembar uang sepuluh ribuan dan 1 lembar uang lima ribuan kemudian mendapat uang kembalian sebesar Rp 4.000,00. Di toko tersebut, Dea bertemu dengan Banu, teman sekelasnya. Banu membeli 8 permen dan 2 donat lalu membayar dengan 2 lembar uang sepuluh ribuan, 1 lembar uang lima ribuan, dan 1 lembar uang dua ribuan kemudian mendapatkan uang kembalian sebesar Rp 1.000,00. Di perjalanan pulang, Banu berpapasan dengan Erik yang akan menuju ke toko snack juga. Erik memiliki 3 lembar uang lima ribuan dan ia ingin membeli 4 permen dan 1 donat. Selidiki apakah uang yang dimiliki Erik cukup untuk membeli permen dan donat sebanyak yang ia inginkan!. Selidiki pula berapa kelebihan atau kekurangan uangnya! mengajak peserta didik menganalisis informasi apa saja yang terdapat pada masalah tersebut dan bagaimana perkiraan penyelesaian masalahnya. dengan bantuan media powerpoint melakukan tanya jawab dengan peserta didik untuk mengetahui langkah-langkah menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode eliminasi-substitusi sebagai bekal untuk menyelesaikan masalah yang telah ditampilkan sebelumnya. | gambar yang ditampilkan guru. guru, menganalisis informasi dan pertanyaan penting yang ada pada permasalahan yang disajikan serta memberikan dugaan perkiraan langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. dengan menggunakan metode eliminasi-substitusi. (Critical thinking and problem solving, (tanya jawab) |
Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik | memastikan peserta didik telah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. mengenai petunjuk pengerjaan LKPD dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menanya apabila ada yang kurang jelas mempresentasikan hasil diskusi sehingga semua peserta didik harus siap. | kelompok memastikan telah menerima bahan ajar dan LKPD. |
Fase 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok | mendiskusikan LKPD untuk menyusun model matematika dan menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan SPLDV metode eliminasi-substitusi dengan bantuan informasi yang ada pada buku dan bahan ajar kemudian meminta mereka mengkomunikasikan secara tertulis pada LKPD. (Critical thinking and problem solving, Collaboration,) pengarahan dan bimbingan pada peserta didik yang kesulitan. (Collaboration) | metode substitusi. didik secara berkelompok mendiskusikan LKPD untuk menyusun model matematika dan menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan SPLDV menggunakan metode eliminasi-substitusi dengan bantuan informasi yang ada pada buku dan bahan ajar kemudian mengkomunikasikan secara tertulis pada LKPD.(Critical thinking and problem solving, Collaboration, didik secara aktif bertanya pada guru ketika menjumpai kesulitan. |
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya | satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas. (Communication, mengkomunikasikan) | mengajukan diri untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas dengan terlebih dahulu mengirimkan foto jawaban LKPD mereka kepada guru melalui pesan whatsapp untuk ditampilkan di layar. (Communication, mengkomunikasikan, TPACK : technology) |
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah | (Communication, Creativity thinking and inovation) yang telah dipelajari. (Communication, HOTS) | didik secara aktif menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok yang maju ke depan kelas. (Communication, Creativity thinking and inovation) lain ikut memberikan apresiasi pada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan memberikan tanggapan dengan memberikan tepuk tangan. dan penguatan yang diberikan guru. membuat simpulan dan rangkuman materi yang telah dipelajari. (Communication, HOTS) |
Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 5 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.
Media pembelajaran yang digunakan adalah Laptop, LCD proyektor, power point. Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu (a) instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b) instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan (a) tes tulis uraian singkat.
Praktik ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 September 2021 bertempat di kelas X TKRO SMK Negeri 1 Petarukan.
Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut :
Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung membosankan. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang diajarkan oleh guru.
Berbeda kondisinya dengan pembelajaran nererapkan konsep sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi-substitusi dalam menyelesaikan masalah kontekstual berorientasi HOTS dengan menerapkan Problem Based Learning ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang penerapan konsep istem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi-substitusi dalam menyelesaikan masalah kontekstual menjadi meningkat hal ini dapat dilihat dari partisipasi peserta didik ketika pembelajaran berlangsung. membuat peserta didik lebih mampu menerapkan konsep bilangan berpangkat dalam menyelesaikan masalah. Melalui pengamatan dan diskusi ini juga menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.
Masalah yang dihadapi terutama adalah peserta didik belum terbiasa belajar dengan model Problem BASED Learning sehingga ketika mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas peserta didik masih terlihat malu -malu. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu menggunakan metode ekspositori, tanya jawab dan diskusi peserta didik pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ekspositori.
Berbeda kondisinya dengan pembelajaran nererapkan konsep sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi-substitusi dalam menyelesaikan masalah kontekstual berorientasi HOTS dengan menerapkan Problem Based Learning ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang penerapan konsep sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi-substitusi dalam menyelesaikan masalah kontekstual menjadi meningkat hal ini dapat dilihat dari partisipasi peserta didik ketika pembelajaran
berlangsung membuat peserta didik lebih mampu menerapkan konsep sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi-substitusi dalam menyelesaikan masalah. Melalui pengamatan dan diskusi ini juga menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.
Agar siswa yakin bahwa pembelajaran menerapkan konsep sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi-substitusi dalam menyelesaikan masalah dengan Problem Based Learning dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat peserta didik mau belajar akan tetapi harus sering berlatih dengan soal -soal yang berbasis masalah kontekstual sehingga mampu menyelesaikan soal soal yang berbasis HOTS.
Keterbatasan guru dalam membuat media pembelajaran dapat diatasi dengan mecari sumber belajar yang relevan baik dari internet atau buku penunjang lain yang sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari google atau sumber belajar yang lainya. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca dan tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran materi bilangan berpangkat dengan model pembelajaran Problem BASED Learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
Beri Komentar