Dalam pembelajaran bahasa jawa kelas X terdapat materi membuat geguritan atau dalam bahasa Indonesia adalah puisi. Menurut Subalidinata (1999), geguritan adalah susunan bahasa seperti syair yang termasuk golongan puisi jawa baru yang berisi pengungkapan perasaan penyair secara indah yakni keindahan secara objektif dan merujuk pada pengalaman estetik serta tidak terikat oleh aturan kebahasaan.
Banyak tantangan yang muncul dalam menulis geguritan diantaranya peserta didik sulit menemukan ide dalam membuat geguritan. Peserta didik tidak mampu menemukan kata-kata pertama untuk mengawali membuat geguritan, minim kosakata dalam bahasa jawa, peserta didik kurang lepas dalam membuat geguritan. Masih berfikir terikat dengan teori yang membelenggu dan suka tertutup dengan perasaan sendiri. Hal ini dialami oleh peserta didik SMK kelas X mereka kesulitan membuat geguritan karena terikat oleh hal-hal tersebut. Padahal geguritan merupakan salah satu karya sastra yang paling mudah dibuat, karena tidak terikat dengan aturan- aturan tertentu.
Terkait dengan hal tersebut guru harus mampu mencari cara ataupun metode yang tepat agar peserta didik dapat membuat geguritan dengan mudah dan menyenangkan. Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan (Hamid Darmadi, 2010: 42). Sedangkan metode menurut Supriyati (2020: 106) merupakan komponen dari proses pendidikan serta merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran, maka dalam perwujudannya tidak dapat dilepas dengan komponen sistem pengajaran yang lain. Sehingga guru harus bisa memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk menemukan ide- ide metode yang inovatif supaya bisa menarik siswa untuk belajar membuat geguritan. Dengan adanya guru menemukan ide-ide tersebut tumbuhlah siswa yang kreatif untuk membuat geguritan yang mudah dan menyenangkan. Guru harus bisa menumbuhkan suasana membuat geguritan itu mudah. Salah satu metode yang digunakan guru untuk membuat pembelajaran membuat geguritan yaitu dengan metode piring resik. Piring Resik tersebut sangatlah mudah untuk siswa menulis geguritan dengan kreatif dan indah,
Metode piring resik merupakan akronim dari pilih ukara kang mathuk, rangsang indra, ngawiwiti nulis, Rekomposisi,asyik wis dadi gurit. Dari akronim tadi dapat dijabarlkan bahwa peserta didik harus bisa memilih kalimat atau kata-kata yang sesuai dengan ggeguritan yang akan dibuatnya. Karena geguritan bahan baku kata maka kekayaan kosakata pada peserta didik menjadi hal yang penting. Untuk memperkaya kosakata dapat dilakukan dengan banyak membaca buku, membaca kamus, membaca geguritan karya orang lain, atau bisa juga dengan banyak berlatih membuat geguritan.
Rangsang indra bisa dilakukan dengan mata yaitu apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan, apa yang kita dengar melalui telinga kita, apa yang kita cium melalui hidung untuk bisa diungkapkan menjadi kata-kata. Setelah menemukan kata-kata dengan menggunakan indra yang kita miliki selanjutnya yaitu ngawiti nulis atau memulai nulis.
Peserta didik akan menungkan kata-katanya dalam bentuk tulisan. Untuk selanjutanya direkomposisi dan jadilah geguritan. Ternyata dengan metode piring resik cukup ampuh untuk membuat anak asyik dalam membuat geguritan. Peserta didik juga menjadi lebih antusias dalam mengikuti pelajaran bahasa jawa. Nilai anakpun menjadi meningkat, dan Pendidikan karakternya terakait dengan sopan santun dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa jawa akan cenderung lebih baik dan lebih menghargai orang yang diajak bicara.
Beri Komentar