PEMBELAJARAN TEMBANG POCUNG MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERORIENTASI HOTS KELAS XI TKJ SMK NEGERI 1 PETARUKAN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Dokumen Lengkap : Klik Di sini
Pembelajaran mata pelajaran bahasa jawa di SMK jurusan TKJ sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berorientasi HOTS. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum Bahasa Jawa yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.
Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS). Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria. Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyediakan dalam bentuk hierarki. Melalui gagasannya, Bloom menyediakan rujukan yang dapat digunakan oleh guru bahasa jawa untuk memformulasikan tujuan – tujuan pembelajaran, memilih metode mengajar dan pendesaianan tes serta aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dengan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa peserta didik bosan mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan menggunakan metode ceramah selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian peserta didik mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis, dan hanya menyalin dari buku teks.
Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model Problem Based Learning yang menuntun peserta didik untuk mengamati (membaca) permasalahan, menuliskan penyelesaian dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas, model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam Problem Based Learning siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari- hari (kontekstual). Dengan kata lain, Problem Based Learning membelajarkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Setelah melaksanakan pembelajaran menerapkan pengertian tembang pocung, pathokan tembang pocung, watak tembang pocung, wos kang kamot ing tembang pocung dalam menyelesaikan masalah dengan model Problem Based Learning, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model Problem Based Learning ini diterapkan pada kelas XI TKJ yang lain ternyata proses dan hasil belalajar siswa sama baiknya. Praktik pembelajaran yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model Problem Based Learning.
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik baik ini adalah kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jawa dikelas XI TKJ pada materi Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung.
Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS) pada materi Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung.
Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas XI TKJ semester ganjil di SMK Negeri 1 Petarukan sebanyak 36 siswa.
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi kelas XI TKJ untuk mata pelajaran Bahasa Jawa pada Kompetensi Dasar sebagai berikut:
Kompetensi Dasar (KD) | Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) |
3.1 Menelaah Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung | |
4.1 Menganggapi isi Serat Wedhatama Pupuh Pocung dan menulis serta menyajikan syair tembang Pocung | 4.1.1 Menentukan topik tembang Pocung (1 pada/ bait) dan mengembangkanya 4.1.2 Menciptakan teks tembang Pocung (1 pada) 4.1.3 Menyajikan secara lisan tembang Pocung (1 pada) yang ditulisnya. |
Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis.
Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menerapkan teks serat wedhatama pupuh pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas X TKJ, penulis memilih model Pembelajaran Problem Based Learning
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi Dasar sebagai berikut:
Kompetensi Dasar (KD) | Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) |
3.1 Menelaah Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung | 3.1.1 Memahami struktur dan kaidah tembang Pocung dalam Serat Wedhatama 3.1.2 Menganalisis isi tembang Pocung dalam Serat Wedhatama 3.1.3 Menganalisis amanat tembang Pocung dalam Serat Wedhatama |
4.1 Menganggapi isi Serat Wedhatama Pupuh Pocung dan menulis serta menyajikan syair tembang Pocung | 4.1.1 Menentukan topik tembang Pocung (1 pada/ bait) dan mengembangkanya 4.1.2 Menciptakan teks tembang Pocung (1 pada) 4.1.3 Menyajikan secara lisan tembang Pocung (1 pada) yang ditulisnya. |
Model pembelajaran yang dipilih adalah Pembelajaran Problem Based Learning.
Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model Problem Based Learning.
Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah | mengajak peserta didik menganalisis informasi apa saja yang terdapat pada masalah tersebut dan bagaimana perkiraan penyelesaian masalahnya. dengan bantuan media powerpoint melakukan tanya jawab dengan peserta didik untuk mengetahui langkah-langkah menentukan guru gatra, guru wilangan dan guru lagu | lirik tembang pocung yang ditampilkan guru. permasalahan yang disajikan serta memberikan dugaan perkiraan langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. |
Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik | memastikan peserta didik telah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. | |
Fase 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok | PPT dengan bantuan informasi yang ada pada buku dan bahan ajar kemudian meminta mereka mengkomunikasikan secara tertulis pada LKPD. (Critical thinking and problem solving, Collaboration,) | |
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya | satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas. (Communication, mengkomunikasikan) | mengajukan diri untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas dengan terlebih dahulu mengirimkan foto jawaban LKPD mereka kepada guru melalui pesan whatsapp untuk ditampilkan di layar. (Communication, mengkomunikasikan, TPACK : technology) |
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah | (Communication, Creativity thinking and inovation) | didik secara aktif menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok yang maju ke depan kelas. (Communication, Creativity thinking and inovation) lain ikut memberikan apresiasi pada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan memberikan tanggapan dengan memberikan tepuk tangan. |
Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 5 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.
Media pembelajaran yang digunakan adalah Laptop, LCD proyektor, power point. Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu (a) instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b) instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan (a) tes tulis uraian singkat.
Praktik ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 September 2021 bertempat di kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Petarukan.
Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut :
Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung membosankan. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang diajarkan oleh guru.
Berbeda kondisinya dengan pembelajaran memparafrasekan teks tembang pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual berorientasi HOTS dengan menerapkan Problem Based Learning ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang tembang pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual menjadi meningkat hal ini dapat dilihat dari partisipasi peserta didik ketika pembelajaran berlangsung. membuat peserta didik lebih mampu memparafrasekan teks tembang pocung dalam menyelesaikan masalah. Melalui pengamatan dan diskusi ini juga menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.
Masalah yang dihadapi terutama adalah peserta didik belum terbiasa belajar dengan model Problem BASED Learning sehingga ketika mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas peserta didik masih terlihat malu -malu. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu menggunakan metode ekspositori, tanya jawab dan diskusi peserta didik pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ekspositori.
Berbeda kondisinya dengan pembelajaran tembang pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual berorientasi HOTS dengan menerapkan Problem Based Learning ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang tembang pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual menjadi meningkat hal ini dapat dilihat dari partisipasi peserta didik ketika pembelajaran
berlangsung membuat peserta didik lebih mampu mencari guru gatra, guru wilangan dan guru lagu serta peserta didik mampu memparafrasekan tels tembang pocung .Melalui pengamatan dan diskusi ini juga menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.
Agar siswa yakin bahwa pembelajaran tembang macapat pocung dalam menyelesaikan masalah dengan Problem Based Learning dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat peserta didik mau belajar akan tetapi harus sering berlatih dengan soal -soal yang berbasis masalah kontekstual sehingga mampu menyelesaikan soal soal yang berbasis HOTS.
Keterbatasan guru dalam membuat media pembelajaran dapat diatasi dengan mecari sumber belajar yang relevan baik dari internet atau buku penunjang lain yang sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari google atau sumber belajar yang lainya. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca dan tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran materi bilangan berpangkat dengan model pembelajaran Problem BASED Learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Widaryatmo.Gandung dkk. Prigel Basa Jawa kanggo SMA/SMK/MA kelas XI.2014. Jakarta : Erlangga
Beri Komentar