.
Sabtu, 27 Jul 2024
  • Selamat Datang di Website SMK Negeri 1 Petarukan. Nestar : Serasi Beriman (Semangat Raih Prestasi, Berintegritas, Maju dan Inovatif)

LAPORAN BEST PRACTICE KONINDAH SUSANTI, S.Pd

Diterbitkan : - Kategori : TERKINI

PEMBELAJARAN TEMBANG POCUNG MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERORIENTASI HOTS KELAS XI TKJ  SMK NEGERI 1 PETARUKAN

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Dokumen Lengkap : Klik Di sini

BAB I

 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pembelajaran mata pelajaran bahasa jawa di SMK  jurusan TKJ sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berorientasi HOTS. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum Bahasa Jawa yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.

Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS). Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria. Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyediakan dalam bentuk hierarki. Melalui gagasannya, Bloom menyediakan rujukan yang dapat digunakan oleh guru bahasa jawa untuk memformulasikan tujuan – tujuan pembelajaran, memilih metode mengajar dan pendesaianan tes serta aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dengan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa peserta didik bosan mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan menggunakan metode ceramah selain ceramah, metode yang  selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian peserta didik mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis, dan hanya menyalin dari buku teks.

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model Problem Based Learning yang menuntun peserta didik untuk mengamati (membaca) permasalahan, menuliskan penyelesaian dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas, model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam Problem Based Learning siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari- hari (kontekstual). Dengan kata lain, Problem Based Learning membelajarkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Setelah melaksanakan pembelajaran menerapkan pengertian tembang pocung, pathokan tembang pocung, watak tembang pocung, wos kang kamot ing tembang pocung dalam menyelesaikan masalah dengan model  Problem Based Learning, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model     Problem Based Learning ini diterapkan pada kelas XI TKJ yang lain ternyata proses dan hasil belalajar siswa sama baiknya. Praktik pembelajaran yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model Problem Based Learning.

B.    Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik baik ini adalah kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jawa  dikelas XI TKJ pada materi Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung.

C.    Manfaat Kegiatan

1.       Bagi siswa

  1. Siswa akan lebih bergairah dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran.
  2. Mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
  3. Terkontrolnya tingkah laku positif siswa.
  4. Menciptakan suasana kelas yang kondusif dan dinamis pada saat proses                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  p  embelajaran berlangsung.
  5. Meningkatkan hasil belajar siswa.

2.       Bagi guru

  1. Memperluas wawasan.
  2. Meningkatkan professional kerja.
  3. Meningkatkan peran guru sebagai fasilisator.
  4. Memberikan motivasi untuk guru-guru yang lainnya.
  5. Memperbaiki kinerja guru dalarn proses pembelajaran mata pelajaran matematika khususnya pada KD menerapkan konsep sistem persamaan linear dua variabel dalam menyelesaikan masalah kontekstual.

3.       Bagi Sekolah

  1. Menerapkan metode yang dilaksanakan terhadap mata pelajaran yang lain.
  2. Memanfaatkan metode dengan semaksimal mungkin.
  3. Mengembangkan bakat untuk tercapainya visi dan misi sekolah.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A.    Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS) pada materi Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung.

Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas XI TKJ semester ganjil di SMK Negeri 1 Petarukan sebanyak 36 siswa.

B.    Bahan/Materi Kegiatan

Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi kelas XI TKJ  untuk mata pelajaran Bahasa Jawa pada Kompetensi Dasar sebagai berikut:

Kompetensi Dasar (KD)Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.1  Menelaah Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung
4.1 Menganggapi isi Serat Wedhatama Pupuh Pocung dan menulis serta menyajikan syair tembang Pocung4.1.1  Menentukan topik tembang Pocung (1 pada/ bait) dan mengembangkanya 4.1.2  Menciptakan teks tembang Pocung (1 pada) 4.1.3  Menyajikan secara lisan tembang Pocung (1 pada) yang ditulisnya.

C.    Melaksanakan Kegiatan

Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis.

  1. Pemetaan Kompetensi Dasar (KD)

Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menerapkan teks serat wedhatama pupuh pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas X TKJ, penulis memilih model Pembelajaran Problem Based Learning

  • Analisis Target Kompetensi

Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi Dasar sebagai berikut:

Kompetensi Dasar (KD)Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.1  Menelaah Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung3.1.1   Memahami struktur dan kaidah tembang Pocung dalam Serat Wedhatama 3.1.2   Menganalisis isi tembang Pocung dalam Serat Wedhatama 3.1.3   Menganalisis amanat tembang Pocung dalam Serat Wedhatama
4.1 Menganggapi isi Serat Wedhatama Pupuh Pocung dan menulis serta menyajikan syair tembang Pocung4.1.1  Menentukan topik tembang Pocung (1 pada/ bait) dan mengembangkanya 4.1.2  Menciptakan teks tembang Pocung (1 pada) 4.1.3  Menyajikan secara lisan tembang Pocung (1 pada) yang ditulisnya.
  • Pemilihan Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dipilih adalah Pembelajaran Problem Based  Learning.

  • Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Model Pembelajaran Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai  dengan sintak Problem Based Learning.

Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model Problem Based Learning.

Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah mengajak peserta didik                                         menganalisis informasi apa saja yang terdapat pada masalah tersebut dan  bagaimana perkiraan   penyelesaian masalahnya.       dengan bantuan media                                 powerpoint melakukan                          tanya jawab dengan peserta didik untuk       mengetahui langkah-langkah menentukan guru gatra, guru wilangan dan guru lagulirik tembang pocung                           yang ditampilkan                          guru.                                                                                               permasalahan         yang disajikan              serta memberikan dugaan perkiraan langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.    
Fase 2 Mengorganisasikan peserta didikmemastikan peserta didik telah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.           
Fase 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompokPPT dengan    bantuan informasi       yang ada pada  buku     dan bahan ajar kemudian meminta mereka mengkomunikasikan secara tertulis pada LKPD. (Critical thinking   and problem    solving, Collaboration,)            
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karyasatu kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas. (Communication, mengkomunikasikan)mengajukan diri untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas dengan terlebih dahulu mengirimkan foto jawaban LKPD  mereka kepada guru melalui pesan whatsapp untuk ditampilkan di layar. (Communication, mengkomunikasikan, TPACK : technology)
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah(Communication, Creativity thinking and inovation)  didik secara aktif menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok yang maju ke depan kelas. (Communication, Creativity thinking and inovation)   lain ikut memberikan apresiasi pada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan memberikan tanggapan dengan memberikan tepuk tangan.              
  • Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 5 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.

D.    Media dan Instrumen

Media pembelajaran yang digunakan adalah Laptop, LCD proyektor, power point. Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu (a) instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b) instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan (a) tes tulis uraian singkat.

E.    Waktu dan Tempat Kegiatan

Praktik ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 September 2021 bertempat di kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Petarukan.

BAB III

HASIL KEGIATAN

 

A.    Hasil

Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut :

  1. Proses pembelajaran  memparafrasekan tembang pocung dalam menyelesaikan masalah yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak Problem Based Learning megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.
    1. Pembelajaran memparafrasekan tembang macapat pocung dalam menyelesaikan masalah yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah membaca, meringkas, dan memaparkan pengolahan ruang waktu dan tenaga sesuai hitungan atau ketukan peserta didik tidak hanya memahami permasalahan kontekstual (pengetahuan konseptual) dan bagaimana membuat menyelesaikan permasalahan kontekstual (pengetahuan prosedural), tetapi juga keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan memparafrasekan teks tembang pocung dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
    1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung membosankan. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang diajarkan oleh guru.

Berbeda kondisinya dengan pembelajaran memparafrasekan teks tembang pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual berorientasi HOTS dengan menerapkan Problem Based Learning ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang tembang pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual menjadi meningkat hal ini dapat dilihat dari partisipasi peserta didik ketika pembelajaran berlangsung. membuat peserta didik lebih mampu memparafrasekan teks tembang pocung dalam menyelesaikan masalah. Melalui pengamatan dan diskusi ini juga menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.

  • Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ini juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving).  Model Problem Based Learning yang diterapkan dengan menyajikan teks soal cerita dan gambar berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah.Sebelum menerapkan Problem BASED Learning, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku siswa kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku siswa. Dengan menerapkan Problem BASED Learning, peserta didik tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari gambar serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber belajar lainnya.

B.    Masalah yang Dihadapi

Masalah yang dihadapi terutama adalah peserta didik belum terbiasa belajar dengan model Problem BASED Learning sehingga ketika mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas peserta didik masih terlihat malu -malu. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu menggunakan metode ekspositori, tanya jawab dan diskusi peserta didik pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ekspositori.

Berbeda kondisinya dengan pembelajaran tembang pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual berorientasi HOTS dengan menerapkan Problem Based Learning ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang tembang pocung dalam menyelesaikan masalah kontekstual menjadi meningkat   hal   ini    dapat     dilihat   dari  partisipasi    peserta    didik     ketika  pembelajaran

berlangsung membuat peserta didik lebih mampu mencari guru gatra, guru wilangan dan guru lagu serta peserta didik mampu memparafrasekan tels tembang pocung .Melalui pengamatan dan diskusi ini juga menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.

C.    Cara Mengatasi Masalah

Agar siswa yakin bahwa pembelajaran tembang macapat pocung dalam menyelesaikan masalah dengan Problem Based Learning dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat peserta didik mau belajar akan tetapi harus sering berlatih dengan soal -soal yang berbasis masalah kontekstual sehingga mampu menyelesaikan soal soal yang berbasis HOTS.

Keterbatasan guru dalam membuat media pembelajaran dapat diatasi dengan mecari sumber belajar yang relevan baik dari internet atau buku penunjang lain yang sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari google atau sumber belajar yang lainya. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca dan tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  1. Pembelajaran menerapkan  konsep tembang macapat pocung dalam menyelesaikan masalah dengan model pembelajaran Problem Based Learning layak dijadikan praktik baik pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer    pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
    1. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran menerapkan konsep tembang macapat pocung menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B.    Rekomendasi

Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran materi bilangan berpangkat dengan model pembelajaran Problem BASED Learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.

  1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi dan kreatifitas pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih                  bermakna.
  2. Peserta Didik diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama / tidak mudah lupa.
  3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis untuk menaplikasikan pembelajaran ini akan menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.

DAFTAR PUSTAKA

Widaryatmo.Gandung dkk. Prigel Basa Jawa kanggo SMA/SMK/MA kelas XI.2014. Jakarta : Erlangga

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar