Oleh :
Nurdi Nugroho, S.Pd
Guru Matematika SMK NEGERI 1 PETARUKAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan numerasi terhadap prestasi belajar matematika yang ditunjukkan melalui nilai Peserta Didik. Sampel dalam penelitian ini merupakan 36 peserta didik kelas X AKL di SMKN 1 Petarukan. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik penelitian ex post facto. Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan analisis korelasi Spearman. Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas, yaitu kemampuan numerasi dan satu variabel terikat, yaitu prestasi belajar. Instrumen penelitian adalah soal tes Asesmen Kemampuan Minimum berupa 3 butir soal essay. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan numerasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik dengan tingkat kepercayaan dan nilai sig.value serta nilai koefisien korelasi yang berada pada kategori sedang atau cukup kuat. Kontribusi kemampuan numerasi dalam mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Sehingga dengan demikian hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa jika kemampuan numerasi yang dimiliki setiap peserta didik X AKL itu tinggi, maka prestasi belajar yang akan diperoleh juga turut tinggi, begitupun sebaliknya.
Numerasi adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengkomunikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah ketrampilan yang penting untuk memiliki di semua bidang kehidupan, dari pekerjaan hingga keuangan hingga kesehatan.
Sayangnya, banyak siswa di Indonesia tidak memiliki numerasi yang baik. Hasil PISA Indonesia dari setiap keikutsertaan dalam asesmen PISA masih dibawah 400 dan masih dibawah rata-rata pencapaian Negara-negara OECD. Kondisi pencapaain siswa dalam literasi, misalnya bahwa 1 dari 2 orang siswa belum mencapai kemampuan minimum literasi pada tahun 2021 sedangkan untuk numerasi , 2 dari 3 siswa belum mencapai kompetensi yang diharapkan.
Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk meningkatkan kemampuan numerasi siswa. Pemerintah pun melakukan berbagai program pelatihan , salah satunya adalah dengan mengadakan berbagai pelatihan numerasi dan literasi dengan menggandeng LPDP dan pihak universitas luar negeri yang concern dalam bidang numerasi seperti Monash University dan Columbia University untuk literasi.
Pembelajaran Matematika Sekolah, Sagala (2008: 61), mendefinisikan pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi, komunikasi yang dilakukan antara guru ke siswa atau sebaliknya, dan siswa ke siswa. Dalam proses pembelajaran peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, dan lain sebagainya. Pengenalan karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang terpenting. Selain itu, banyak sekolah yang selama ini salah kaprah dalam melakukan intervensi terhadap peningkatan numerasi dam literasi, yaitu salah satunya dengan drilling soal soal numerasi dan literasi. Padahal jika dikaji secara mendalam numerasi merupakan kemampuan penting dalam kehidupan seseorang yang memerlukan konteks untuk bias dipahami siswa.
Salah satu pelatihan numerasi yang dilaksanakan pemerintah adalah pelatihan numerasi bekerja sama dengan Monash University Australia. Pelatihan ini memberikan banyak pengetahuan bagi guru-guru dalam hal tidak hanya meluruskan miskonsepsi, namun juga bagaimana mendesain sebuah pembelajaran yang menguatkan numerasi dalam diri siswa sesuai konteks, dengan memberikan aktivitas pembelajaran dengan menekankan pada hands on activities atau memberikan pengalaman belajar langsung pada guru-guru Pada intinya, numerasi adalah ketrampilan yang penting untuk dimiliki di semua bidang kehidupan. Dengan meningkatkan numerasi siswa, kita dapat membantu mereka mencapai potensi mereka yang maksimal dan menjadi warga Negara yang lebih baik Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan numerasi siswa, yang dikembangkan lebih luas dan menukik:
Berikut adalah beberapa contoh aktifitas yang dapat anda gunakan untuk meningkatkan numerasi siswa:
Dengan mengikuti tips dan aktifitas ini, anda dapat membantu siswa meningkatkan numerasi mereka dan mencapai potensi mereka maksimal dan pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi, komunikasi yang dilakukan antara guru ke siswa atau sebaliknya, dan siswa ke siswa. Pemahaman konsep matematik merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran matematika. Pemahaman konsep matematik juga merupakan landasan penting untuk menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Menurut Joyce &Weil (dalam Trianto, 2010, hlm. 51) mengemukakan bahwa “ Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thingking and mean of expressing themselves, we are also teaching them how to learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan acuan bagi guru agar dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Secara teoritis pengertian PjBL menurut Joel L Klein et. Al (dalam Widyantini, 2014, hlm. 4) yang telah disarikan oleh penulis menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi. Salah satu model pembelajaran adalah Project Based Learning.
Salah satu tujuan dari model PjBL adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek, memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran dan membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata. Kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek tidak semuanya disebut sebagai PjBL
Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning
Secara teoritis pengertian PjBL menurut Joel L Klein et. Al (dalam Widyantini, 2014, hlm. 4) yang telah disarikan oleh penulis menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi.
Salah satu tujuan dari model PjBL adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek, memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran dan membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata. Kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek tidak semuanya disebut sebagai PjBL. Beberapa karakteristik harus dimiliki untuk dapat menentukan sebuah pembelajaran sebagai bentuk PjBL. (Wena, 2009 hlm. 114) menyebutkan pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik salah satunya adalah peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka kerja, peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil dan hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.
Sintak Model Pembelajaran Project Based Learning
Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning
Daryanto dan Rahardjo (2012, hlm. 162) berpendapat model pembelajaran project based learning mempunyai kelebihan sebagai berikut.
Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning
Model Pembelajaran PjBL membutuhkan waktu persiapan dan biaya yang tidak sedikit dan pelajar membutuhkan waktu yang cukup lama pula untuk mengerjakannya. Menurut Widiasworo (2016, hlm. 189) PjBL memiliki kelemahan sebagai berikut.
Ada beberapa peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. Jika topik yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak memahami topik secara keseluruhan.
Beri Komentar