Oleh : Djumiko, S.Pd., M.Si.
Kepala SMK Negeri 1 Petarukan
Setiap kejadian selalu ada hikmah yang dapat diambil, pun demikian saat awal 2020, ketika covid 19 ditetapkan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia, tentunya berdampak pada pola interaksi manusia. Ketika interaksi fisik dibatasi karena rentan terhadap penyebaran virus Covid 19, maka pemanfaatan teknologi menjadi alternatif yang bersifat wajib diimplementasikan.
Pendidikan menjadi sektor yang dituntut untuk lebih cepat beradaptasi dengan penggunaan teknologi. Para guru dipaksa untuk melek teknologi, untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Penguasaan teknologi digital di sekolah diharapkan dapat mengkonversi kelas-kelas konvensional kedalam kelas-kelas virtual yang terkoneksi. Semua sekolah dengan berbagai kekhususan dan sumberdaya yang ada, selama 2 tahun pandemi telah mampu mengubah wajah pendidikan kita. Pemanfaatan teknologi digital untuk menciptakan kelas-kelas virtual dengan berbagai platform yang ada, telah mampu mengadaptasi pendidik dengan perubahan paradigma pendidikan yang diharapkan pemerintah.
Tahun pelajaran 2022/2023, Pemerintah melalui Kemdikbudristek memberlakukan pembelajaran tatap muka penuh, sesuai dengan struktur kurikulum yang digunakan. Maka sejak awal tahun pelajaran, tiap-tiap satuan pendidikan sudah bisa menyelenggarakan pembelajaran dengan menghadirkan peserta didik sesuai kapasitas 100%. Selama 2 tahun pemberlakuan pembejalaran jarak jauh, pendidik sudah familiar dengan pemanfaatan teknologi pembelajaran digital. Ketika mereka harus melakukan pembelajaran tatap muka, artinya mereka akan kembali ke pola-pola lama sebelum pandemi. Hal ini lah yang harus disikapi oleh setiap pendidik, agar kebiasaan pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran yang sudah digunakan selama pandemi, masih digunakan dengan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka.
Seharusnya pembelajaran tatap muka pasca pandemi, lebih berkualitas dan bermakna. Mengingat selama pandemi, pendidik sudah terbiasa dengan pengelolaan kelas-kelas virtual, maka ketika dikombinasikan dengan pembelajaran tatap muka, hal ini akan mempercepat proses pemcapaian target kurikulum. Sehingga konsep pembelajaran “double gardan” yang mengkombinasikan pengelolaan kelas-kelas virtual dengan kelas-kelas konvensional, akan mampu menggerakan pembelajaran yang lebih berkualitas. Misalnya, sebelum mengajar guru melakukan komunikasi melalui kelas-kelas virtual, dengan mengunggah materi yang akan dibahas saat pertemuan tatap muka, sehingga saat pertemuan tatap muka, guru tinggal melakukan konfirmasi materi, dengan asumsi peserta didik telah mempelajari materi yang diunggah oleh guru sebelumnya. Dengan mengombinasi pembelajaran kelas virtual dan kelas konvensional, diharapkan guru akan punya banyak waktu untuk mengkreasikan pembelajaran yang lebih bermakna. Tatap muka langsung bisa digunakan guru untuk memberikan penguatan materi, motivasi dan penanaman karakter terhadap peserta didik. Pandemi memang telah membawa berkah tersebdiri bagi kemajuan dunia pendidikan. Para pendidik menjadi sangat terbiasa dengan pemanfaatan teknologi. Tetapi tentunya harapan model pembelajaran “double gardan” yang mengombinasikan pengelolaan kelas virtual dengan kelas konvensional yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran, tentunya kembali pada pendidik, apakah mereka masih memiliki “sense of technology” atau tidak. Harapannya tentu berkah dari pandemi, berupa tranformasi teknologi digital dalam pembelajaran akan terus berlanjut, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan berkualitas
Beri Komentar